35 Desainer Usung Keindahan Warisan Budaya
35 Desainer Usung Keindahan Warisan Budaya
JOGJA - Sekitar 35 Desainer dari berbagai kota akan memeriahkan Jogja Fashion Festival (JFF) di Plaza Ambarukmo Sabtu (9/3) mendatang. Lewat tema Legacy of Beauty, masing-masing desainer mempersembahkan lima hingga delapan rancangan terbaiknya. Tentunya dengan mengutamakan keindahan warisan budaya daerah. Project Director JFF Plaza Ambarukmo Lima Luthfi Majid mengatakan JFF baru pertama kali digelar. Acara ini merupakan bentuk apresiasi terhadap para desainer sekaligus perkembangan fesyen di DIJ. ”Serta momentum peringatan hari jadi Plaza Ambarrukmo yang ke-7,” tuturnya saat jumpa pers baru-baru ini. Lima menuturkan sekarang banyak sekali desainer muda yang memiliki kreativitas lebih dalam mengolah dan merancang busana. Namun dari sekian desainer muda itu belum semuanya mempunyai tempat untuk menampilkan rancangannya kepada masyarakat.
”JFF ingin menjadi tempat bagi para desainer muda untuk menampilkan karyanya. Baik itu yang masih pemula atau yang telah memiliki brand fesyen,” katanya. Lima mengungkapkan tema Legacy of Beauty (kecantikan dalam sebuah warisan budaya) memberikan kesempatan para desainer untuk mengeksplorasi keindahan budaya dalam balutan busana yang elegan dan memiliki estetika. Sesuai dengan kemegahan Plaza Ambarrukmo sebagai situs heritage dari Pesanggrahan Ambarukmo yang dibangun di masa Pemerintahan Sultan Hamengkubowono V. Lima menambahkan dalam mengeksplorasi busana, masing-masing desainer memiliki kebebasan menentukan model rancangannya. Baik pakaian adat yang dikemas sebagai busana pesta (cocktail), pernikahan dan kasual yang dapat dikenakan sehari-hari.Sementara itu, dalam jumpa pers di Pendopo Royal Ambarrukmo juga diselingi mini fashion show yang dibawakan oleh tujuh desainer. Mereka adalah Naia Salon by Enno Retnowati, Ilvin Durofiah, Juante by Duarte Ananta, Hary Agung, Ovy Ivory, Nadi Karmadi dan Delmora by Dedi Hartanto.
Salah satu desainer Duarte Ananta mengeluarkan kebaya glamour berwarna biru muda lengkap dengan payet dan bebatuan alam. Desainer asal Jogja ini mengemas kebaya tersebut menjadi busana pengantin. Menurut Duarte garis rancangannya selalu identik dengan busana pengantin tradisional dan modern. ”Kali ini mencoba bermain kombinasi dua gaya, tradisional etnik dibalut dengan gaya modern. Caranya dengan menambahkan aplikasi renda pada bagian lengan dan dada,” jelasnya.(ayu/ila)
”JFF ingin menjadi tempat bagi para desainer muda untuk menampilkan karyanya. Baik itu yang masih pemula atau yang telah memiliki brand fesyen,” katanya. Lima mengungkapkan tema Legacy of Beauty (kecantikan dalam sebuah warisan budaya) memberikan kesempatan para desainer untuk mengeksplorasi keindahan budaya dalam balutan busana yang elegan dan memiliki estetika. Sesuai dengan kemegahan Plaza Ambarrukmo sebagai situs heritage dari Pesanggrahan Ambarukmo yang dibangun di masa Pemerintahan Sultan Hamengkubowono V. Lima menambahkan dalam mengeksplorasi busana, masing-masing desainer memiliki kebebasan menentukan model rancangannya. Baik pakaian adat yang dikemas sebagai busana pesta (cocktail), pernikahan dan kasual yang dapat dikenakan sehari-hari.Sementara itu, dalam jumpa pers di Pendopo Royal Ambarrukmo juga diselingi mini fashion show yang dibawakan oleh tujuh desainer. Mereka adalah Naia Salon by Enno Retnowati, Ilvin Durofiah, Juante by Duarte Ananta, Hary Agung, Ovy Ivory, Nadi Karmadi dan Delmora by Dedi Hartanto.
Salah satu desainer Duarte Ananta mengeluarkan kebaya glamour berwarna biru muda lengkap dengan payet dan bebatuan alam. Desainer asal Jogja ini mengemas kebaya tersebut menjadi busana pengantin. Menurut Duarte garis rancangannya selalu identik dengan busana pengantin tradisional dan modern. ”Kali ini mencoba bermain kombinasi dua gaya, tradisional etnik dibalut dengan gaya modern. Caranya dengan menambahkan aplikasi renda pada bagian lengan dan dada,” jelasnya.(ayu/ila)
Komentar